TAFAKKUR
Kubersimpuh di kaki langit-Mu
Kupandang cakrawala biru
Kugapai merah lembayung senja
Dengan hati yang selalu berqasidah
Memohon karunia-Mu Rabbi
Membebaskan hati dari isapan darah permusuhan
Menyanyikan lagu persatuan nan indah
Senandungkan lagu-lagu lembut dan manis bagai madu
Singkirkan cahaya-cahaya palsu
Yang menghasilkan mutiara-mutiara imitasi
Yang lahirkan rahmat bagi hati alam semesta
Taburkan bunga-bunga melati
Yang menyebarkan harum kasturi
Agar mampu membalut kemelut
Dengan kain sutra keabadian
Intannurani,Malang, Juli 2001
puisi ini di tulis ketika hati ini sangat cenderung pada ta'assub kelompok, dimana masing masing kelompok merasa dirinya benar dan menyalahkan kelompok lain, mau tidak mau orang yang masuk dalam kelompok tersebut ikut masuk dalam benih benih ta'assub yang di larang oleh Allah, maka kuingin membebaskan diriku dari perasaan itu yang mengepung jiwaku.
KETULUSAN
Tuhan,
Dimana kucari ketulusan itu
Tuhan
Dimana kucari keikhlasan itu
Tuhan
Dimana kucari kemurnian itu
Tuhan
Dimana kucari jejak suci itu
Kuberkelana seribu langkah
Kumenoleh kanan dan kiri
Kuteropong pusat kebajikan
Tiada kutemui orang berhati manusia
Tiada kudapati Ruh Adam dalam dadanya
Hanya ada kepalsuan yang membakar kebajikan
intannurani, malang, 12 februari 2003
puisi ini kutulis ketika aku memasuki dunia politik, aktif dalam kemelut perpolitikan yang seru, dimana satu sama lain ingin saling menjatuhkan karena ambisi yang mengotori jiwa, tiada tampak ketulusan dimana mana sehingga puisi Muhammad Iqbal merasuki jiwaku, seolah olah tiada lagi ketulusan dan kesucian dimuka bumi ini.
UMMAT
Tuhan !
Apa dosa kami
Hingga kami menjadi ummat yang bodoh,
Miskin dan terhina
Padahal Kau Maha Kaya
Padahal Kau Maha Mulia
Kami injak-injak harkat diri dengan kebodohan
Kami peluk-peluk guling kemiskinan dengan nyaman
Kami timang-timang kehinaan dengan sayang
Seolah-olah memang kehendak-Mu
Kami miskin, sengsara dan terhina
Oh Tuhan pemilik segala
Tiupkan ruh Kemuliaan dan Keperkasaan -Mu
Agar selubung-selubung kehinaan menjauh
Menjadi milik para monster-monster asing
INTANNURANI, Malang, 26 November 2002
puisi ini ditulis karena kecewa melihat kebodohan dan kemiskinan yang menimpa ummat islam di mana mana, dan kapan Rahmat Allah yang Maha Kuasa itu meliputi kita ummat islam, apakah layak kita menerima rahmat Allah yang Maha Besar itu.
PERTARUNGAN
Oh jiwaku yang tergadai dalam kesesatan
Ribuan putar angin puyuh mengepungnya
Letih hati berperang melawan nafsu
Darah pahlawan hati tercecer-cecer
Kalah dan menang silih berganti
Pertarungan hampir-hampir melemparku ke bara api
Oh, siapakah dikau
Yang menduduki hatiku
Bersarang bertelur dan beranak pinak didalamnya
Begitu kejam membakar bara didalamnya
Tak kukenali lagi lambaian-lambaian suci
Tak kukenali lagi perjuangan-perjuangan kebenaran
Tak kukenali lagi kehormatan dan kemuliaan Islam
Tak kukenali . . . . . tak kukenali lagi siapa diriku
Datanglah . . . . datanglah wahai cahaya
Peluklah . . . . peluklah aku wahai kebenaran
Jangan pernah berpaling sekejappun
Dari pandanganku
Agar harum taman Firdaus tercium selalu
intannurani, Malang, pebruari 2001
kutulis puisi ini ketika hatiku sangat terganggu oleh godaan syaithan, sehingga melupakan segalanya, melupakan segala kebajikan dan perjuangan yang sedang kutapaki.kegelisahan hidup telah menyelimuti seluruh diri.
BISIKAN SYAITHAN
Syaithan melahap hatiku
Dan mengunyahnya sampai lumat
Bisikan-bisikannya menjalari seluruh aliran darahku
Bagai badai ia menyerbu
Mengombang ambingkan hidupku
Hingga tiada lagi
Getaran asma Allah didalamnya
Segala amal menjadi hampa dan sia-sia
Pesona surgawi bukan lagi
Menjadi tujuan hidup
Kemewahan dunia tampak indah dan mempesona
Kemaksiatan tampak ringan dan menyenangkan
IntannuraniMalang, Desember 2001
kutulis puisi ini ketika hati diliputi godaan syaitan yang sangat kuat, seolah olah syaitan itu menduduki hatiku jiwaku , sehingga hati ini tiada lagi sinar dan kelapangannya sehingga hidup menjadi gelisah dan hampa, mengejar sesuatu yang bersifat fatamorgana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar